Sabtu, 24 November 2012

Kacang Polong di Tangga Spritual

Kacang Polong di Tangga Spritual

oleh OK Perdana Indra pada 31 Oktober 2012 pukul 20:43 ·
Seorang ibu rumah tangga di dapur memasak kacang polong. Di atas penggorengan kacang-kacang melompat girang, berkata: ''Cepatlah, ramu aku sesuai cita rasa seleramu. Lalu sisipkan aku kedalam tenggorokanmu. Aku akan menjadi bagian dari daging dan darahmu. Zikirku akan menjadi zikirmu, zikirmu adalah zikirku. Ketika kelak dibangkitkan, bersama kita akan bertemu yang dirindui oleh aku dan kamu.

Seekor kelinci telah dibaringkan oleh seorang anak perempuan. Perempuan itu ragu dan menatap wajah sang kelinci. Matanya berbinar, basah dan bening. Melalui mata itu sang gadis membaca sebuah pesan. "Mantapkan hatimu. Kehidupanku dimulai saat mata pisau masuk kedalam bulu-bulu di leherku. Bersegeralah. Kenyangkan mereka yang lapar dengan potongan dagingku. Hanya dengan mereka aku akan bisa shalat. Hanya dengan menjadi bagian dari darah dan daging mereka aku bisa ikut berjuang melanjutkan perjuangan junjungan alam, nabi Besar. Mohon hargailah kerja-kerjaku seumur hidup hanya memakan rumput-rumputan dan sayur-sayuran yang dipersembahkan tanah. Hanya dengan menjadi bagian dari mereka yang kelaparan aku akan bisa ikut berbangkit dan menyapa Kekasih Abadiku. Kumohon, bila tidak tanah akan mencengkramku dan hilang tak berharga aku bersamanya. " Maka perempuan itu hilanglah keraguannya.

Seorang pemuda menyembelih seekor anak sapi. Setelah beberapa jam kemudian daging dan tulang anak sapi itu pun disajikan dalam sebuah jamuan makan. Setelah jamuan usai, pemuda mendekati induk sapi, ia membisikkan sesuatu: "Bagaimana perasaanmu setelah anakmu dicerna perut-perut kami?" Melalui mata dan wajahnya, induk sapi menitipkan pesan: "Kau telah merampas cinta sementara menuju cinta sejati. Dia anakku, aku mencintainya. Namun hanya dengan menjadi bagian dari tubuh kalian, buah hati cahaya mataku akan menemui kekasih abadi sepanjang masa. Kelak, titipkan salamku pada kekasih kita, yang kita rindui sepanjang waktu, yang kita dambakan siang dan malam."

Bagi sapi, kelinci dan kacang polong, kehidupan bermula saat maut menjemput. Hakikatnya ditemukan dengan menjadi bagian dari yang lebih tinggi darinya. Demikian pula kita manusia, kehidupan yang sebenarnya dumulai dengan setelah gagah berani menyerahkan diri bagi yang Lebih Tinggi dari pada kita.

Diangkat dari catatan
Buku Garudaku Tangguh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar